Gowa Sul Sel eternitynews.id – Gowa yang baru saja memperingati hari jadi ke 705 adalah wilayah kabupaten yang sejak berabad abad lampau merupakan Kerajaan yang kesohor dan berjaya.Malino adalah Kota tua yang menyimpan jejak sejarah, Rabu 19 Nopember 2025 menjadi tuan rumah Workshop Sahabat Kriya bagi pegiat kriya di Sulawesi Selatan yang digagas dan dibuka secara resmi oleh Direktur Kriya Deputi Bidang Kreatifitas Budaya dan Desain Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif RI, Neli Yana, S. Sos, M.Si.

Salah satu momen puncak acara pada sesi inspiratif dengan hadirnya Hj Rismawati Kadir Nyampa, S.T, M.H, sebagai pembicara dan motivator sekaligus koordinator Peserta. Kehadiran beliau disambut antusias mengingat rekam jejaknya yang inspiratif dalam dunia wira usaha,visioner dalam pengembangan usaha dan kemasyarakatan.
Perwakilan kelompok Pegiat Tenun Sutra Tradisional, Sartika dari Kecamatan Pallangga yg telah dibina Hj Risma sejak hampir 10 tahun yang lalu, Pegiat Kriya berbahan dasar Bambu, IKM Raina dari Kecamatan Bontolempangang dan Perwakilan Mitra Instansi Kehutanan yang mengklaim 30 ha potensi Rotan dari Kecamatan Parigi dan Tinggimoncong bersama pegiat kriya lainnya dihadirkan.
Dalam sesi interaktif peserta dari Kecamatan Parigi meminta dipasilitasi dan menghadirkan guru/ instruktur pengrajin(kriya) agar kekayaan alam rotan ini dapat diolah sehingga membuka lapangan kerja dan memanfaatkan destinasi wisata Malino sebagai pangsa Pasar yang Potensial, ungkap Haji Muh. Arif C.
Pada sisi lain Pengembangan ekonomi kreatif harus tetap berjalan seiring dengan Pengembangan Pariwisata dan tentu saja Kebudayaan dengan lokal wisdom, Potensi potensi seperti pada pagelaran /acara adat ; pernak pernik, pakaian adat dan kelengkapan dapat dikemas dalam paket kunjungan wisata Gowa yang terintegrasi mulai dari Perjalanan, Cindera mata dan mungkin bisa disipkan tenan atau ruang di sekitar Destinasi Wisata Balla Lompoa sehingga bisa di desain setiap pengunjung yang akan memasuki Kawasan Balla Lompoa, makam raja raja, Masjid Tua Katangka hendaknya berpakaian adat layaknya tamu kehormatan “Dipakalompo dan Mappakalompo”.
Dapat dibayangkan bila semua ini mendapat pendampingan dan resfon positip dari pemangku kebijakan tentu akan mencerahkan para pegiat ekonomi kreatif.
Janganki kasih ikannya, kasihlah kail agar dapat berproses dan menggelinding, Semuanya terpulang pada Political will kita semua utamanya pemangku kebijakan dalam pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat yang terintegrasi, tutup Ketua Kaukus Perempuan Parlemen Sulawesi Selatan ini meyakinkan












Leave a Reply